Upaya Pembangunan Berkelanjutan di Bojonegoro

04.25 Unknown 0 Comments

        Sangat menarik. Begitulah kesan yang terlintas ketika membaca berita berjudul ‘’ Studi Bank Dunia Jadi landasan kebijakan‘’ pada halaman Radar Bojonegoro (23 Maret 2016).  Rencana Bupati Bojonegoro, Drs. H. Suyoto, Msi atau Kang Yoto menjadikan studi Bank Dunia dalam bidang kesehatan, perizinan dan pendidikan sebagai pijakan dalam upaya pembangunan berkelanjutan (sustainable development) pada tahun 2016.
       Menarik dicermati, sebagai frontman dalam lingkungan pemkab Bojonegoro, beliau patut masuk dalam tipe pendaki (Climbers) dalam istilah Paul G Stolt dalam Adversity Quotient (2000). Istilah climbers bermakna pendaki ulung yang selalu bertekad gemar memberi daripada menerima. Selalu memiliki kecemerlangan ide dan gesit dalam bermanuver. Beliau menampilkan semangat yang luar biasa dalam membangun Bojonegoro yang telah dipimpinnya hingga sekarang ini. dari tangannyalah, kabupaten Bojonegoro bertekad merealisasikan branding ‘’Bojonegoro Matoh ‘’ selain branding lain yang telah melekat untuk Bojonegoro yaitu ‘’lumbung pangan dan energi negeri’’ dan ‘’ kabupaten welas asih‘’
    Lantas, Seberapa besar prospek pembangunan berkelanjutan (sustainable development) bagi Bojonegoro itu sendiri ? apa saja yang harus dipersiapkan masyarakat  untuk menyongsong pembangunan berkelanjutan bagi Bojonegoro ?



Sustainable Development
    Istilah pembangunan berkelanjutan pertama kali muncul pada tahun 1980 dalam World Conservation Strategy dari the International Union for the Conservation of Nature (IUCN), Istilah tersebut kemudian menjadi sangat populer ketika pada tahun 1987 World Commision on Environment and Development atau dikenal sebagai Brundtland Commision menerbitkan buku berjudul Our Common Future (Fauzi, 2004).
    Sehubungan dengan paradigma pembangunan berkelanjutan tersebut, The United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) yang berlangsung pada musim panas tahun 1992 telah menandatangai perjanjian internasional dan memfokuskan diri pada dua isu utama, yaitu isu tentang perubahan iklim (climate change) dan keanekaragaman hayati (biodiversity) (Barbier, 1993). Pembangunan berkelanjutan mendapat ruang apresiasi tersendiri dari Kang Yoto. Beliau mencanangkan pembangunan berkelanjutan pada 17 bidang antara lain menghapus kemiskinan, kesehatan yang baik dan kesejahteraan, pendidikan bermutu dan kesetaraan gender.  Jika mengacu pada pengalaman Kang Yoto dalam membangun Bojonegoro melalui sejumlah program seperti dalam membangun beberapa tahun belakangan ini, seperti pembangunan infrastuktur, upaya mewujudkan Dana Abadi Migas, menginisiasi berbagai gerakan seperti Ayo Sekolah, Gerakan Desa Sehat dan Cerdas dan lain-lain, maka, sebagai Kabupaten yang dikenal open government , wacana ini dapat terealisasikan dengan baik asalkan mendapat dukungan dari berbagai pemangku kepentingan dan masyarakat secara luas.

Belajar dari negeri beruang merah
    Dalam catatan kecil namun sistematis berlabelkan ‘’ Antara Baikalsk, Irkutsk Rusia dan Bojonegoro’’, Kang Yoto berupaya memotret kehidupan kota Baikalsk dan kota Irkutsk yang masuk wilayah negara Rusia. Berbagai hal di sana dinilai dapat mendukung gagasan Kang Yoto dalam konsep pembangunan berkelanjutan. Hal itu terjadi ketika beliau diundang untuk menjadi pembicara dalam Integral Space Conference, New Meaning In Business : Become Genuine dengan tema “ a call to create together ‘’ pada tahun 2014 yang lalu.
       Kota Baikalsk yang berpenduduk kurang lebih 14.000 jiwa itu dibuka tahun 1960 dan sebagian besar masyarakatnya bergantung pada satu industry (mono industry ) yaitu pabrik pulp atau bahan kertas. Bisa dibayangkan jika pabrik ini gulung tikar, berapa banyak masyarakat yang akan kehilangan mata pencaharian. namun apa yang terjadi ? kota ini sudah mencanangkan program pembangunan berkelanjutan (sustainable development ) dengan membangun meseum dan perpustakaan sebagai produsen keilmuan dan berbagai industri seperti pengolahan air, dan wisata pantai untuk menunjang keberlangsungan perekonomiannya.  Hal ini juga terjadi pada kota Irkutsk yang serius dalam menyiapkan diri sebagai wilayah yang paling pesat perkembangannya di kawasan Rusia Timur .

Evaluasi program
     Hal yang menarik dapat kita amati di Bojonegoro pada saat ini. Setidaknya ada beberapa hal seperti pembangunan infrastruktur, pelayanan publik yang cepat dan tepat, pengembangan kawasan wisata terpadu, pelestarian seni dan budaya dan lain-lain.
       Dengan berbagai inovasi itulah, diharapkan dapat mewujudkan pembangunan yang lebih baik dan berimbang. Untuk mengevaluasi bagaimana pembangunan berkelanjutan dapat mencapai tolok ukur keberhasilan, Haris (2000) mensyaratkan adalahnya tiga aspek yaitu, pertama, keberlanjutan ekonomi sebagai pembangunan yang mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlanjutan pemerintahan dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi pertanian dan industri.
      Kedua, keberlanjutan lingkungan sistem yang berkelanjutan yang mampu memelihara sumber daya yang stabil, menghindari eksploitasi sumber daya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Ketiga, keberlanjutan sosial sebagai sistem yang mampu mencapai kesetaraan, menyediakan layanan sosial termasuk kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender dan akuntabilitas politik.
       Dalam hal tertentu, pelayanan publik misalnya, sesuai informasi yang  penulis dapat, pelayanan publik di kabupaten ini ada peningkatan meskipun terkadang masih adanya kelambatan dalam melayani masyarakat karena kendala teknis seperti administrasi. Namun setidaknya pelayanan publik adalah item terpenting bagi masyarakat selain pendidikan dan kesehatan, dapat menjadi prioritas pembenahan untuk mewujudkan pembangunan daerah yang berkelanjutan itu sendiri. Inilah tantangan Kang Yoto dalam sisa periode kepemimpinannya dalam mewujudkan pembangunan Bojonegoro mendatang. Temuan studi Bank Indonesia pada berbagai aspek beberapa waktu lalu patut menjadi acuan dan dasar pijakan.
      Dengan melihat pencapaian Bojonegoro selama ini, konsepsi pembangunan berkelanjutan bagi kabupaten Bojonegoro dapat dijalankan dengan baik asalkan segenap masyarakat mendukungnya. Tak hanya berharap kucuran dana, namun juga berupaya keras untuk menjadi mandiri. Syarat termudah adalah terus makaryo (gemar bekerja) untuk diri dan keluarganya. Sesuai lagu terpopuler yang kita dengar :
         Bojonegoro semangat berbenah
         Bojonegoro tak henti berkarya
         Bojonegoro semua pasti suka
         Bojonegoro matoh...

You Might Also Like

0 komentar: