DAHSYATNYA INDONESIA SCOUTS CHALLENGE DI BOJONEGORO



          Suara gemuruh dan sorak sorai tampak di Bumi Perkemahan Tirtawarna Dander Bojonegoro, Jawa Timur pada 19-22 April 2016 yang lalu. Ratusan siswa dari berbagai sekolah tampak antusias dan bersemangat dalam menyiapkan berbagai keperluan untuk mengikuti rangkaian kegiatan kemah berlabelkan ‘’ Indonesia Scout Challenge 2016’’ tersebut. Kegiatan yang digagas oleh berbagai unsur kepramukaan seperti Kwartir Nasional (Kwarnas), Kwartir Daerah (Kwarda) Jawa Timur dan Kwartir Cabang (Kwarcab) Bojonegoro yang bekerjasama dengan Jawa Pos dan Antangin Junior tersebut memperebutkan hadiah yang sangat fantantis yaitu terbang untuk belajar kepramukaan ke Amerika Serikat.
          Hadiah yang sangat menggiyurkan tersebut menjadi salah satu motivasi terkuat dalam keikutsertaan kami diantara ratusan peserta yang hadir. Bagi kami, berkeliling dunia adalah impian yang indah dalam benak kami. Tak kurang dari ratusan gugus depan di Kabupaten Bojonegoro ambil bagian dalam event akbar yang digelar dengan format dua gelombang tersebut. Bisa dibayangkan kegiatan ini memunculkan antusias yang luar biasa dari seluruh peserta yang hadir.

Pesan R.A Kartini Untuk Pelajar Indonesia (refleksi hari Kartini , 21 April)


 ‘’ Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat  umat agama lain memandang agama Islam patut disukai ‘’  (surat kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902)
     Itulah suara multikulturalisme yang lahir dari sosok R.A Kartini. Pejuang bangsa yang harum dalam bingkai sejarah bangsa Indonesia. Setiap 21 April kita memperingatinya sebagai Hari Kartini. Dengan jasa besarnya, ia telah menginspirasi banyak perempuan di Indonesia berfikir cerdas dalam upaya memperbaiki kualitas diri untuk meraih prestasi. Maka tidak heran, untuk memperingatinya, digelarlah aneka event bertemakan Kartini di berbagai daerah di Indonesia pada setiap bulan April.
       Namun sebagai bangsa yang besar, terkadang kita kurang memahami substansi dari setiap peringatan Hari Kartini tersebut. Hal ini berdasar pada kurang adanya pemahaman yang mendalam akan nilai-nilai perjuangan dari sosok yang pernah nyantri pada ulama’ kharismatik Kyai Sholeh Darat (Jawa tengah) tersebut. Lantas, bagaimanakah keteladanan yang bisa kita ambil dari sosok yang lahir pada 21 April 1987 di Jepara tersebut, terutama dalam dunia pendidikan kita ?

Upaya Pembangunan Berkelanjutan di Bojonegoro

        Sangat menarik. Begitulah kesan yang terlintas ketika membaca berita berjudul ‘’ Studi Bank Dunia Jadi landasan kebijakan‘’ pada halaman Radar Bojonegoro (23 Maret 2016).  Rencana Bupati Bojonegoro, Drs. H. Suyoto, Msi atau Kang Yoto menjadikan studi Bank Dunia dalam bidang kesehatan, perizinan dan pendidikan sebagai pijakan dalam upaya pembangunan berkelanjutan (sustainable development) pada tahun 2016.
       Menarik dicermati, sebagai frontman dalam lingkungan pemkab Bojonegoro, beliau patut masuk dalam tipe pendaki (Climbers) dalam istilah Paul G Stolt dalam Adversity Quotient (2000). Istilah climbers bermakna pendaki ulung yang selalu bertekad gemar memberi daripada menerima. Selalu memiliki kecemerlangan ide dan gesit dalam bermanuver. Beliau menampilkan semangat yang luar biasa dalam membangun Bojonegoro yang telah dipimpinnya hingga sekarang ini. dari tangannyalah, kabupaten Bojonegoro bertekad merealisasikan branding ‘’Bojonegoro Matoh ‘’ selain branding lain yang telah melekat untuk Bojonegoro yaitu ‘’lumbung pangan dan energi negeri’’ dan ‘’ kabupaten welas asih‘’
    Lantas, Seberapa besar prospek pembangunan berkelanjutan (sustainable development) bagi Bojonegoro itu sendiri ? apa saja yang harus dipersiapkan masyarakat  untuk menyongsong pembangunan berkelanjutan bagi Bojonegoro ?